Waspadai Alergi Pada Anak

Diposting oleh SeoRing

Seringkali orang tua tidak menyadari dampak alergi pada kualitas hidup anaknya bahkan masa depannya sampai pada akhirnya anak menerima konsekuensi dari alergi yang dideritanya seperti terbatasnya aktivitas belajar, bermain, sulit kosentrasi hingga sulit tidur.



DR Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K), pakar alergi-imunologi anak mengatakan alergi merupakan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap benda asing di sekelilingnya yang disebut alergen. Reaksi alergi terjadi ketika tubuh salah mengartikan zat yang masuk sebagai zat berbahaya.

Angka penderita alergi dari tahun ke tahun semakin meningkat. Saat ini, alergi telah menjadi permasalahan global bagi anak dan orang tua di berbagai belahan dunia. Data Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan angka kejadian alergi meningkat 3 kali lipat sejak 1993 hingga 2006.

Sementara itu, data World Allergy Organization (WAO) 2011 menunjukkan prevalensi alergi terus meningkat dengan angka 30-40% populasi dunia. Di Indonesia sendiri, walaupun belum ada angka pastinya, namun beberapa peneliti memperkirakan bahwa peningkatan kasus alergi di Indonesia mencapai 30% per tahunnya.

Alergi paling banyak ditemukan pada usia di bawah 2 tahun, terutama di bawah 3 bulan. Alergi dapat timbul seiring dengan perkembangan usia dan pada usia tertentu, organ tubuh yang terpengaruh dapat berbeda. Sejak usia lahir hingga 3 tahun, organ tubuh yang sensitif adalah kulit dan pencernaan.

Pada usia 3-7 tahun gangguan kulit dan pencernaan akan berkurang dan seringkali muncul gangguan saluran pernapasan pada pernapasan bawah berupa asma. Sementara setelah usia 7 tahun sampai usia remaja, asma akan berkurang tetapi gangguan pada hidung masih berlanjut.

Namun bukan berarti alergi tersebut sembuh, hanya saja organ tubuh yang terganggu menjadi berpindah. Pencegahan alergi sedini mungkin sangat dianjurkan guna mengurangi dampak yang ditimbulkan pada kehidupan anak di kemudian hari.

Gejala alergi yang dapat menyebabkan gangguan pada hidung, tenggorokan, telinga, mata, saluran pernapasan, pencernaan hinga kulit, ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan anak dalam beraktifitas sehari-hari.

Pencegahan alergi dapat dilakukan melalui deteksi dini, gizi yang tepat dan gaya hidup sehat. Indikator paling tepat untuk deteksi dini alergi adalah melalui riwayat keluarga, karena alergi bersifat genetik. DR Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K) mengatakan terlepas dari kedua orang tua
tidak memiliki riwayat alergi, bayi tetap memiliki risiko alergi sebesar 5-15%. Semakin tinggi manifestasi alergi pada orangtua dan saudara kandung, semakin tinggi pularisiko bayi yang lahir menderita alergi.

Alergi dapat disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi , jelas DR. Dr. Luciana B Sutanto, MS. SpGK, dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Telur, susu sapi, kacang-kacangan, kedelai, gandum, ikan dan seafood merupakan jenis makanan yang paling
sering menyebabkan alergi.

Makanan tersebut tidak dianjurkan diberikan pada bayi dengan usia terlalu muda, karena semakin kecil usia bayi/anak semakin sensitif terhadap terjadinya alergi. Bagi bayi, selain ASI memberikan gizi yang optimal, pemberian ASI eksklusif yaitu memberikan ASI saja dari sejak lahir hingga 6 bulan dapat bermanfaat mengurangi risiko alergi. Risiko alergi pada bayi yang mendapat ASI sangat rendah, karena pada dasarnya ASI secara alami diproduksi sesuai dengan
kebutuhan bayi, serta ASI mengandung protein yang berperan mengurangi resiko alergi.

Walaupun ASI dapat mencegah alergi, ibu tetap perlu memperhatikan makanan yang dikonsumsi saat menyusui dengan menghindari makanan yang berpotensi menimbulkan alergi.Gaya hidup sehat ibu juga memiliki peran penting dalam mencegah alergi, yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan.

Misalnya menjaga kebersihan rumah dengan membersihkan perabotan rumah dari debu, tungau dan memastikan udara dalam ruangan mengalir dengan baik. Debu yang beterbangan di udara
sangat mudah terhirup dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan, seperti rhinitis dan asma.



Protein Whey. Dr Zakiuddin menyatakan rekomendasi dari berbagai organisasi dunia, seperti US NIAID, EAACI, French society of pediatrics, American Academy of Pediatric (AAP) menekankan, bayi yang berisiko tinggi alergi (dengan orang tua atau saudara kandung memiliki alergi) resiko alerginya dapat dicegah dengan susu formula terhidrolisa yang sudah terbukti manfaatnya.

Salah satu susu formula terhidrolisa yang telah diteliti manfaatnya adalah susu dengan protein whey yang terhidrolisa secara parsial. Ini berarti susu formula tersebut memiliki protein whey
yang dipecah menjadi partikel yang lebih kecil sehingga mengurangi sifat alergenik dari susu sapi.
Setelah mendapatkan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, anak mulai dapat diperkenalkan makanan dari luar dengan diberikan makanan pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Memberikanmakanan pendamping ASI tidak hanya fokus pada kandungan zat gizi, tetapi juga harus mempertimbangkan risiko bayi terkena alergi makanan. Untuk mengenali apakah bayi alergi terhadap makanan, maka pemberian makanan pendamping ASI yang pertama dianjurkan diperkenalkan satu per satu jenisnya.

Jika pada awal mengonsumsi makanan pendamping ASI diberikan beberapa jenis sekaligus, maka jika terjadi reaksi alergi tidak dapat menentukan makanan apa atau bahan makanan apa yang menjadi penyebab alergi. Tindakan mencegah alergi adalah dengan menghindari makanan
penyebab alergi tersebut.

Telur, kacang-kacangan, ikan, kedelai, dan gandum merupakan jenis-jenis makanan yang sering menyebabkan alergi, oleh karena itu perlu ditunda pemberiannya pada anak dibawah 1 tahun.
Sementara buah-buahan dan sayur dapat menjadi pilihan dalam mengenalkan makanan pada bayi. Makanan padat sebaiknya diperkenalkan saat bayi berusia 6 bulan. Memperkenalkan makanan padat pada bayi usia 3-4 bulan dapat meningkatkan resiko alergi.(kar)

Laksa Berita 04 Mar, 2012


-
Source: http://www.laksanaberita.info/2012/03/waspadai-alergi-pada-anak.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com